Jumat, 17 Juni 2016

Berlian ku Lian Satu




Cerita ini bukan cerita tentang seorang maling kelas kakap yang berhasil menemukan sebongkah berlian dari rumah incarannya tetapi ini adalah kisah perjalanan cinta tentang pertemuan seorang Budi, bocah ingusan, dekil dan nakal dengan gadis yang kini sedang menjalin sebuah hubungan yang cukup serius.
Mereka berdua memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan saat mereka sama-sama duduk di bangku SMA. Dia adalah gadis yang untuk pertama kalinya Budi jadikan sebagai pasangan serius. Meski Budi adalah bocah ingusan, dekil dan cukup nakal dikelasnya, tapi untuk urusan hati dia memang jagonya. Apalagi Budi dikenal dengan seorang bocah yang suka sekali membuat gaduh kelasnya dengan banyolan dan tingkah laku konyolnya. Jadi tidak heran, beberapa perempuan di masanya sempat menaruh hati pada Budi yang baik dan mudah sekali membuat kawannya tertawa. 


Berlian adalah nama gadis itu. Dia memiliki postur tubuh yang tidak terlalu pendek dan tidak juga tinggi (meski dia sering memaksa untuk dibilang gadis yang tinggi). Dia anak pertama dari dua bersaudara di keluarganya. Ayah dan Ibunya memanggilnya dengan kata Lian namun biasa dipanggil Li jika berada dilingkungan sekolah. Berlian tidak suka  dipanggil dengan kata Lian jika bukan oleh kedua orang tuanya atau teman dekatnya. Cukup pendiam dan termasuk kedalam kelompok orang-orang yang cerdas dikelas. Budi menyukainya karena dia berjilbab, cerdas dan mudah bergaul. Budi selalu tersenyum kegelian jika melihat tingkah laku Lian yang kadang suka marah-marah tanpa sebabnya kepada Budi dulu sebelum berpacaran.
Lian adalah seseorang yang cukup menyenangkan. Hal itu terlihat saat dia bercakap dengan teman-temannya di sekolah. Dia terkenal karena ramah, mudah tertawa dan baik namun sedikit cuek kepada teman-teman laki-lakinya. Tidak salah jika dia memiliki banyak teman wanita dari pada  laki-laki.
Budi resmi memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Lian sejak berada di kelas 11 atau kelas 2 SMA. Salah satu penyebab kedekatan mereka salah satunya karena mereka berdua berada dikelas yang sama. Memang betul jika hampir 35% pasangan adalah mereka yang dulunya pernah berada di satu kelas atau sekolah yang sama. Tidak bisa dipungkiri, keberadaan mereka yang sekelas membuat mereka tiap hari berpapasan dan mau tidak mau harus berbincang-bincang meskipun hanya sekedar menyapa.

Awal kedekatan Budi dengan Lian justru ketika mereka tidak satu kelas. Saat itu mereka sama-sama menduduki kelas 1 SMA namun berbeda kelas. Budi pertama kali mengenal Lian dari salah seorang temannya yang sedang break dari pasangannya. Loh ko? ini apaan?
Budi yang sudah mengenal masalah percintaan sejak dulu SMP dan parahnya dia sempat menjalin hubungan dengan beberapa perempuan di SMPnya. Mulai dari yang sekelas, hingga kaka kelas. Cukup ngeri memang tapi tidak bias dipungkiri, apalah arti cinta untuk anak SMP yang ingusan dan bau kencur. Orang dewasa dulu mengatakan bahwa cinta budi dulu adalah cinta monyet yaitu cinta hanya ingin kenal dekat dengan perempuan saja tanpa memikirkan kehidupan kedepan bersama pasangannya itu atau bisa dibilang cinta yang tidak serius.
Memang betul, budi adalah seorang laki-laki culun yang pemalu. Meski sudah beberapa kali mengalami pengalaman pernah dekat dengan beberapa tapi tetap saja sifat pemalu ini sulit hilang darinya, terutama ketika harus berhadapan dengan perempuan yang baru dikenalnya

Ok kembali ke cerita tadi, iya kenapa bisa Budi tau dari teman laki-lakinya yang sedang break dengan pasangannya? 

Singkat cerita, saat itu Budi sedang menginjak kelas 10 atau kelas 1 SMA sedang asik-asiknya mencari kawan baru. Dari cerita yang dia dapat darinya,  Hasan namanya, sedang sedikit bosan dengan pasangannya lalu memutuskan untuk mencari perempuan lain untuk dijadikan teman smsan. Dan orang itu adalah Lian.
Siang itu Hasan terlihat asik dengan HPnya lalu tiba-tiba bertanya pada Budi tentang matanya. "Bud, emang bener ya mata gue kayak mata kucing?". Dengan sedikit memperhatikan kedua mata Hasan, menggoyang-goyangkan kepala Hasan lalu dibenturkan ke meja, Budi menjawab dengan sebuah pertanyaan (terkadang budi itu sedikit aneh, suka menjawab dengan memberikan sebuah pertanyaan), "Loh emang bagian mananya? (bingung) Emang kata siapa?, sambil tetap mencari-cari kemiripan antara matanya dengan kucing. Sambil tersenyum dan cengengesan Hasan menjawab dengan santai, "Dari si Lian, dia sms dan bilang kalau mataku mirip dengan mata kucing. Hahaha". Dia melanjutkan ceritanya bahwa Lian sering smsan dengannya. 
Hasan memang sempat menaruh perasaan terhadap Lian, gadis yang saat itu masih belum Budi kenal sepenuhnya. Meski Hasan sadar bahwa dia sedang break dengan pasangannya, namun teman baik Budi ini sering memberikan tanda-tanda bahwa dia suka dengan Lian. Dan dari cerita yang dikatakan Hasan, jika dilihat secara seksama, Lian memang menaruh harapan yang sama kepada Hasan.
Hari ini memang sedikit lenggang karena para guru sedang rapat dengan kepala sekolah tentang PORKAB atau Pekan Olah Raga Kabupaten. Sekolah Lian dan Budi berada di salah satu kabupaten di Jawa Barat yang cukup terkenal.

“Hai..” sapa Lian, Budi sontak kaget karena tiba-tiba datang ke dalam kelas. Senyum khas Lian yang renyah, manis  itu  masih tetap ada sampai saat ini dia ada bersama si Kucel Budi. Lian, gadis berjilbab yang ceria, meminjamkan Budi handphonenya saat jam istirahat tepat didepannya. Dia masuk kedalam kelas membawakan handphonenya yang ingin dipinjam untuk bermain game “warm”, game yang saat itu dirasa cukup menarik karena bisa digunakan berdua (berlawanan dengan HP yang lain). Hasan mengirimkan pesan lewat HPnya kepada Lian untuk mengijinkan HPnya dipinjam untuk bermain.
Lian datang membawakan HPnya pada Budi sambil tersenyum. Entah mengapa dia tersenyum sambil membawakan handphondnya saat itu sampai-sampai Budi merasa salah tingkah dihadapannya, tapi sesaat kemudia Budi sadar bahwa  senyum itu bukan karena dia sedang senang bertemu dengan Budi melainkan senang bertemu dengan si Hasan. Dasar Budi memang mudah sekali ke-GR-an.
“Ah buset deh, baru juga dipake bentar udah mau abis aja ni baterai. San, nih hp Liannya gue balikin.” Sewotnya kepada Hasan. “Lah ya elu lah yang balikin, kan elu yang mainan dan yang minjem”, jawabnya sambil cengengesan.
Ketika baterai HP mulai hampir mati, Budi putuskan memberanikan diri mengembalikan HP itu kepemiliknya. Seperti yang yang telah ceritakan sebelumnya bahwa Budi adalah orang yang pemalu, bahkan untuk mengembalikan HP Lian saja dia harus berpikir berulang kali. Dengan terpaksa Budi harus memasuki kelasnya Lian yang didalamnya masih banyak orang asing atau yang beberapa orang masih belum dikenal oleh dia. “Masuk kedalem nih? ah rasanya ga mungkin deh, gila aja ntar disangka apa-apa,” gumamnya dalam hati.
Saking malunya, Budi akhirnya memutuskan untuk memanggil Lian dari luar pintu, menaruh HPnya di samping pintu langsung lari terbirit-birit masuk ke dalam kelasnya sendiri. “Loh, si budi kenapa? Aneh bener. Masa udah dipinjemin malah balikinnya kayak gini” gerutu Lian dalam hati mengambil HP yang ditaruh Budi tepat samping pintu kelasnya.
Hasan adalah salah satu teman dekat Budi di kelas, dia adalah orang yang pertama memperkenalkan Lian, gadis manis berjilbab itu pada Budi. Saat kejadian yang menurut Budi tidak seharusnya terjadi, dia tidak menaruh rasa secuilpun (sedikitpun) pada Lian karena saat itu yang Budi butuhkan hanya handphonenya untuk dipinjam bermain. Meski Lian sering lewat di depan kelasnya (saat itu kelas Budi dan Berlian memang bersebelahan), Budi tidak terlalu peduli dengan keberadaan Berlian.

Singkat cerita saat SMA mereka ber-3 (Budi, Hasan dan Berlian) mengikuti eksul yang sama yaitu pencak silat. 1 bulan terakhir itu mereka disibukan dengan persiapan turnamen pencak silat se-kabupaten yang akan dialaksanakan saat PORKAB. Meski Budi dan Lian memiliki intensitas untuk bertemu lebih tinggi, tapi lagi-lagi si Dekil Budi masih tidak terlalu memperdulikannya.  Hingga suatu ketika Lian mengirimi Budi sms dan bertanya perihal kegiatan pencak silat sore itu yang sempat dia lewatkan.
Drttt... Drttt... Drttt.. Hp hitam kecil manis milik Budi berbunyi pertanda ada sms masuk. “iki sopo??”, gumamnya dalam hati heran karena sms yang masuk berupa nomor bukan tulisan operator. Dasarnya jomblo (saat itu memang Budi dalam status menjomblo karena telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa tahun awal SMA tidak akan mencari teman dekat perempuan dulu, meski perjuangannya saat itu sangat berat karena anak perempuan baru angkatannya cantik-cantik tapi tekadnya sudah bulat), isi HPnya hanya sms yang dikirim oleh operator dan sisanya dalam bentuk panggilan dan itupun hanya dari keluarga Budi saja. Dengan heran baca sms itu sambil kuingat-ingat kembali siapa saja orang yang pernah kuberi tahu tentang nomor hpku.
“sore.. maaf mau tanya, kalau tadi sore latihannya apa?”
“maaf ini siapa? Ko tau nomor hp saya?”
“oh iya maaf ini Lian, berlian yang ikut pencak silat. Masih inget kan?”
“Lian? Hmm yang mana ya? tau dari mana no hp saya?” Tanya budi kembali dengan singkat karena ingin tahu siapa yang memberikan nomor HPnya. Meski Budi adalah orang yang mudah membuat candaan dan mudah diajak bercanda tapi jika tau ada temannya yang menyebarkan nomor HPnya sembarangan atau tanpa izin, Budi pasti akan sangat marah karena nomor HP menurutnya adalah hal yang cukup sensitive. Menurutnya jika nomor HPnya diberikan ke orang yang belum dia kenal pasti akan sangat mengganggu, apa lagi orang yang iseng hanya mengirim sms tidak penting seperti harga cabai, waktu daun jatuh tau rumus kimia.
“Dari kamu sendiri, kan kamu yang nulis di kertas.”
Aih?? Sontak kaget karena Budi merasa bahwa dia tidak menaruh no hpnya sendiri disembarang tempat.
“maaf kertas apa ya? Sorry manggilnya apa nih? Ian? Berli?? Ber? Atau apa?” balas Budi dengan sedikit bercanda sengaja untuk mencairkan suasanan.
“loh ko ga inget? Kamu sendiri yang nulis di kertas sama nama dan kelas kamu kemarin sore. Jih dasar pikun. Kamu boleh panggil aku lian atau berlian biar keliatan rada mahal namanya hehehe”
Dan ternyata memang betul dia sendiri yang menulis nomornya di kertas data anggota pencak silat.
Budi saat itu sedang rajin-rajinnya berlatih pencak silat karena berambisi agar dipilih sebagai perwakilan atlet pencak silat dari SMAnya. Jadi wajar jika teman-teman yang lainnya sering bertanya tentang jadwal latihan dan materi latihan.
“Duh dikatain pikun hahaha (sial bener baru kenal udah berani ngatain pikun). Tadi sore cuma latihan kayak biasa aja ko, melanjutkan materi sebelumnya Li.”
“oh gitu ya? Oke deh makasih ya.” Balas Lian singkat.
“oke sama-sama.”
            Sejak saat itu Budi mulai sering berkomunikasi dengan Lian.


Hari yang dinanti-nanti oleh budi akhirnya datang. Bukan hari dimana Lian dan Budi mengikat janji untuk memiliki satu ikatan, tapi PORKAB. Budi sangat berambisi dengan acara itu karena dia kesal selama bertahun-tahun berlatih pencak silat tapi belum satu mendali atau penghargaanpun yang pernah dia dapat. Saat itu Budi belum memiliki ketertarikan terhadap Lian. Namun dasarnya Budi, meski belum tertarik tapi tetap kepo juga dengan Lian karena beberapa kali mengiriminya sms.
Sampai suatu ketika setelah event PORKAB selesai, Budi memberanikan diri untuk mengiriminya pesan.
“cek” isi pesan yang pertama Budi kirim. Sengaja menulis hanya tulisan cek, tujuannya agar tidak terlalu ketahuan oleh Lian kalau Budi memang ingin smsan dengannya.
“iya” jawabnya. Dan Yes akhirnya sesuai harapan, sms Budi di respon oleh Lian. tanpa menunggu waktu lama, Budi melanjutkan usahanya untuk mengenal lebih dekat dengan Lian.
“Ini bener Lian? “
“Iya betul, kenapa bud? Ada apa?”
“oh hehehe kaga Li, lu lagi apa?” Tanya Budi yang sedang kepo. (Istilah untuk ingin tahu tentang suatu hal)
“Lagi nyemil nih bud. Kamu si lagi apa? Tumben sms hehehe”
“Hmm lagi bosen baca-baca buku sambil nyemil hahaha”
“Loh baca buku ko sambil nyemil? Ga akan konsen lah.”
Lah emang apa salahnya dengan baca buku sambil nyemil? pikir Budi.
            Yehaha konsen mah konsen aja lah, lagian nyemilnya makanan ini ko bukan beling hahaha. By the way, maaf nih mau tanya. Kalo saya sms elu tuh ntar ada yang marah engga nih? tanya Budi dengan taktik lawas yang cukup efektif.
Sekedar informasi bahwa cara ini adalah sebuah cara yang umum digunakan para pria-pria kesepian (hahaha) untuk memastikan bahwa lawan bicaranya adalah seorang yang jomblo. Digunakan oleh budi dengan tujuan tambahan untuk melancarkan usahanya agar bisa mengenal lebih “dekat” dengan Lian.
“Hahaha kamu mah bisa aja. Emang siapa yang marah? Da aku mah ga ada yang marah hehehe”.
“Maksud saya, punya cowo engga? Sapa tau saya sms elu, cowo lu malah ngamuk. Kan gawat hahaha.”
“Oh pacar, engga ko. Aku ga punya pacar, lg ga mau deket sama cowo dulu. Lagi trauma.” Jawab Lian lewat sms yang saat itu menunjukan pukul 21.00.
Sial, sepertinya acara PDKT ini akan gagal, pikir Budi. Semenjak sms itu, sikap budi terhadap Lian berubah karena telah gagal PDKT awal. Sial. Meskipun menyesal telah mengetahui hal tersebut, Budi masih mengiriminya sms agar tidak terlihat sikapnya berbeda.
            “Lah trauma? Ko bisa trauma? Bisa gitu sih? Diapain sama cowo emang? Wah parah nih.”
            “Iya, ya ada lah masalah.Ada deh. Pokoknya lagi gam au deket-deket atau berurusan sama yang namanya punya hubungan dengan cowo dulu deh.”
            “oh, I see. Ok deh Li. Eh iya saya istirahat dulu ya Li hehehe.” Jawab Budi menutup percakapan via sms di malam itu.
            “Iya Budi :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar