Cerita ini bukan cerita tentang seorang maling kelas kakap yang berhasil menemukan sebongkah berlian dari rumah incarannya tetapi ini adalah kisah perjalanan cinta tentang pertemuan seorang Budi, bocah ingusan, dekil dan nakal dengan gadis yang kini sedang menjalin sebuah hubungan yang cukup serius.
Mereka berdua
memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan saat mereka sama-sama duduk di bangku SMA. Dia adalah gadis yang untuk pertama kalinya Budi jadikan
sebagai pasangan serius. Meski Budi adalah bocah ingusan,
dekil dan cukup nakal dikelasnya, tapi untuk urusan hati dia memang jagonya.
Apalagi Budi dikenal dengan seorang bocah yang suka sekali membuat gaduh kelasnya
dengan banyolan dan tingkah laku konyolnya. Jadi tidak heran, beberapa
perempuan di masanya sempat menaruh hati pada Budi yang baik dan mudah sekali
membuat kawannya tertawa.
Berlian adalah nama gadis itu. Dia
memiliki postur tubuh yang tidak terlalu pendek dan tidak
juga tinggi (meski dia sering memaksa untuk dibilang gadis yang
tinggi). Dia anak pertama dari dua
bersaudara di keluarganya. Ayah dan Ibunya memanggilnya dengan kata Lian namun
biasa dipanggil “Li” jika berada dilingkungan sekolah. Berlian tidak suka dipanggil dengan kata Lian jika bukan oleh
kedua orang tuanya atau teman dekatnya. Cukup pendiam
dan termasuk kedalam kelompok orang-orang yang cerdas dikelas. Budi menyukainya karena dia berjilbab, cerdas dan mudah bergaul. Budi selalu tersenyum kegelian jika
melihat tingkah laku Lian yang kadang suka marah-marah tanpa sebabnya kepada
Budi dulu sebelum berpacaran.
Lian adalah seseorang yang cukup menyenangkan. Hal itu terlihat saat dia bercakap dengan
teman-temannya di sekolah. Dia terkenal
karena ramah, mudah tertawa dan baik namun sedikit cuek kepada teman-teman laki-lakinya. Tidak salah jika dia memiliki banyak teman wanita dari
pada laki-laki.
Budi resmi memiliki
hubungan yang cukup dekat dengan Lian sejak berada di kelas 11 atau kelas 2 SMA. Salah satu penyebab kedekatan
mereka salah satunya karena mereka berdua berada dikelas yang sama. Memang betul jika hampir 35% pasangan adalah mereka
yang dulunya pernah berada di satu kelas atau sekolah yang sama. Tidak bisa
dipungkiri, keberadaan mereka yang sekelas membuat mereka tiap hari berpapasan dan
mau tidak mau harus berbincang-bincang meskipun hanya sekedar menyapa.
Awal kedekatan Budi dengan Lian
justru ketika mereka tidak satu kelas. Saat itu mereka sama-sama menduduki
kelas 1 SMA namun berbeda kelas. Budi pertama kali mengenal Lian dari salah seorang temannya yang sedang break dari pasangannya. Loh ko? ini
apaan?
Budi yang sudah mengenal masalah
percintaan sejak dulu SMP dan parahnya dia sempat menjalin hubungan dengan
beberapa perempuan di SMPnya. Mulai dari yang sekelas, hingga kaka kelas. Cukup
ngeri memang tapi tidak bias dipungkiri, apalah arti cinta untuk anak SMP yang
ingusan dan bau kencur. Orang dewasa dulu mengatakan bahwa cinta budi dulu
adalah cinta monyet yaitu cinta hanya ingin kenal dekat dengan perempuan saja
tanpa memikirkan kehidupan kedepan bersama pasangannya itu atau bisa dibilang
cinta yang tidak serius.
Memang betul, budi adalah seorang laki-laki culun
yang pemalu. Meski sudah beberapa kali mengalami pengalaman pernah dekat dengan beberapa tapi tetap saja sifat pemalu ini sulit hilang
darinya, terutama ketika harus berhadapan dengan perempuan yang baru
dikenalnya.
Ok kembali ke cerita tadi, iya
kenapa bisa Budi tau dari teman laki-lakinya yang sedang break dengan
pasangannya?
Singkat cerita,
saat itu Budi sedang menginjak kelas 10 atau kelas 1 SMA sedang asik-asiknya
mencari kawan baru. Dari cerita yang dia dapat darinya, Hasan namanya, sedang sedikit bosan dengan
pasangannya lalu memutuskan untuk mencari perempuan lain untuk dijadikan teman
smsan. Dan orang itu adalah Lian.
Siang itu Hasan terlihat asik dengan HPnya lalu tiba-tiba bertanya pada Budi tentang
matanya. "Bud, emang bener ya mata gue kayak mata kucing?". Dengan
sedikit memperhatikan kedua mata Hasan, menggoyang-goyangkan kepala Hasan
lalu dibenturkan ke meja, Budi menjawab dengan sebuah
pertanyaan (terkadang budi itu sedikit aneh, suka menjawab
dengan memberikan sebuah pertanyaan), "Loh
emang bagian mananya? (bingung) Emang kata siapa?, sambil tetap mencari-cari kemiripan antara matanya dengan kucing. Sambil tersenyum dan
cengengesan Hasan menjawab dengan santai, "Dari si Lian, dia sms dan bilang kalau mataku mirip dengan
mata kucing. Hahaha". Dia melanjutkan
ceritanya bahwa Lian sering smsan dengannya.
Hasan memang
sempat menaruh perasaan terhadap Lian, gadis yang saat itu masih belum Budi
kenal sepenuhnya. Meski Hasan sadar
bahwa dia sedang break dengan pasangannya, namun
teman baik Budi ini sering memberikan tanda-tanda bahwa dia suka dengan Lian. Dan dari cerita yang dikatakan Hasan, jika dilihat secara seksama,
Lian memang menaruh harapan yang sama kepada Hasan.
Hari ini memang sedikit lenggang
karena para guru sedang rapat dengan kepala sekolah tentang PORKAB atau Pekan
Olah Raga Kabupaten. Sekolah Lian dan Budi berada di salah satu kabupaten di
Jawa Barat yang cukup terkenal.
“Hai..” sapa
Lian, Budi sontak kaget karena tiba-tiba datang ke dalam
kelas. Senyum khas Lian yang renyah, manis itu masih tetap ada sampai saat ini dia ada bersama si Kucel
Budi. Lian, gadis berjilbab yang ceria, meminjamkan Budi handphonenya saat jam
istirahat tepat didepannya. Dia masuk
kedalam kelas membawakan handphonenya yang ingin dipinjam untuk bermain game “warm”, game yang saat itu dirasa cukup menarik
karena bisa digunakan berdua (berlawanan dengan HP yang lain). Hasan
mengirimkan pesan lewat HPnya kepada Lian untuk mengijinkan HPnya dipinjam
untuk bermain.
Lian datang
membawakan HPnya pada Budi sambil
tersenyum. Entah mengapa dia tersenyum sambil membawakan handphondnya saat itu sampai-sampai Budi merasa salah tingkah dihadapannya,
tapi sesaat kemudia Budi sadar bahwa senyum itu bukan karena dia sedang senang bertemu dengan Budi melainkan senang bertemu
dengan si Hasan. Dasar Budi memang mudah sekali ke-GR-an.
“Ah buset deh,
baru juga dipake bentar udah mau abis aja ni baterai. San, nih hp Liannya gue
balikin.” Sewotnya kepada Hasan. “Lah ya elu lah yang balikin, kan elu yang
mainan dan yang minjem”, jawabnya sambil cengengesan.
Ketika baterai
HP mulai hampir mati, Budi putuskan memberanikan diri mengembalikan HP itu kepemiliknya. Seperti yang yang telah
ceritakan sebelumnya bahwa Budi adalah orang yang pemalu, bahkan
untuk mengembalikan HP Lian saja dia harus berpikir
berulang kali. Dengan terpaksa Budi harus memasuki kelasnya Lian yang didalamnya
masih banyak orang asing atau yang beberapa orang masih
belum dikenal oleh dia. “Masuk kedalem nih? ah rasanya
ga mungkin deh, gila aja ntar disangka apa-apa,” gumamnya dalam hati.
Saking malunya, Budi akhirnya
memutuskan untuk memanggil Lian dari luar pintu, menaruh
HPnya di samping pintu langsung lari terbirit-birit masuk ke dalam kelasnya sendiri. “Loh, si budi kenapa? Aneh bener. Masa udah dipinjemin malah
balikinnya kayak gini” gerutu Lian dalam hati mengambil HP yang ditaruh Budi
tepat samping pintu kelasnya.
Hasan adalah
salah satu teman dekat Budi di kelas, dia adalah orang yang pertama
memperkenalkan Lian, gadis manis berjilbab itu pada Budi. Saat kejadian yang
menurut Budi tidak seharusnya terjadi, dia tidak menaruh rasa secuilpun
(sedikitpun) pada Lian karena saat itu yang Budi butuhkan hanya handphonenya
untuk dipinjam bermain. Meski Lian sering lewat di depan kelasnya (saat itu
kelas Budi dan Berlian memang bersebelahan), Budi tidak terlalu peduli dengan
keberadaan Berlian.
Singkat cerita
saat SMA mereka ber-3 (Budi, Hasan dan Berlian) mengikuti eksul yang sama yaitu
pencak silat. 1 bulan terakhir itu mereka disibukan dengan persiapan turnamen
pencak silat se-kabupaten yang akan dialaksanakan saat PORKAB. Meski Budi dan
Lian memiliki intensitas untuk bertemu lebih tinggi, tapi lagi-lagi si Dekil
Budi masih tidak terlalu memperdulikannya.
Hingga suatu ketika Lian mengirimi Budi sms dan bertanya perihal
kegiatan pencak silat sore itu yang sempat dia lewatkan.
Drttt...
Drttt... Drttt.. Hp hitam kecil manis milik Budi berbunyi pertanda ada sms
masuk. “iki sopo??”, gumamnya dalam hati heran karena sms yang masuk berupa
nomor bukan tulisan operator. Dasarnya jomblo (saat itu memang Budi dalam
status menjomblo karena telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa tahun awal
SMA tidak akan mencari teman dekat perempuan dulu, meski perjuangannya saat itu
sangat berat karena anak perempuan baru angkatannya cantik-cantik tapi tekadnya
sudah bulat), isi HPnya hanya sms yang dikirim oleh operator dan sisanya dalam
bentuk panggilan dan itupun hanya dari keluarga Budi saja. Dengan heran baca
sms itu sambil kuingat-ingat kembali siapa saja orang yang pernah kuberi tahu
tentang nomor hpku.
“sore..
maaf mau tanya, kalau tadi sore latihannya apa?”
“maaf
ini siapa? Ko tau nomor hp saya?”
“oh
iya maaf ini Lian, berlian yang ikut pencak silat. Masih inget kan?”
“Lian? Hmm yang mana ya? tau dari mana no hp saya?” Tanya
budi kembali dengan singkat karena ingin tahu siapa yang memberikan nomor HPnya.
Meski Budi adalah orang yang mudah membuat candaan dan mudah diajak bercanda
tapi jika tau ada temannya yang menyebarkan nomor HPnya sembarangan atau tanpa
izin, Budi pasti akan sangat marah karena nomor HP menurutnya adalah hal yang
cukup sensitive. Menurutnya jika nomor HPnya diberikan ke orang yang belum dia
kenal pasti akan sangat mengganggu, apa lagi orang yang iseng hanya mengirim
sms tidak penting seperti harga cabai, waktu daun jatuh tau rumus kimia.
“Dari
kamu sendiri, kan kamu yang nulis di kertas.”
Aih?? Sontak kaget karena Budi merasa bahwa dia
tidak menaruh no hpnya sendiri disembarang tempat.
“maaf kertas apa ya? Sorry manggilnya apa nih? Ian?
Berli?? Ber? Atau apa?” balas Budi dengan sedikit bercanda sengaja untuk
mencairkan suasanan.
“loh ko ga inget? Kamu sendiri yang nulis di kertas
sama nama dan kelas kamu kemarin sore. Jih dasar pikun. Kamu boleh panggil aku
lian atau berlian biar keliatan rada mahal namanya hehehe”
Dan ternyata memang betul dia sendiri yang menulis
nomornya di kertas data anggota pencak silat.
Budi saat itu sedang rajin-rajinnya berlatih pencak
silat karena berambisi agar dipilih sebagai perwakilan atlet pencak silat dari
SMAnya. Jadi wajar jika teman-teman yang lainnya sering bertanya tentang jadwal
latihan dan materi latihan.
“Duh dikatain pikun hahaha (sial bener baru kenal
udah berani ngatain pikun). Tadi sore cuma latihan kayak biasa aja ko,
melanjutkan materi sebelumnya Li.”
“oh gitu ya? Oke deh makasih ya.” Balas Lian
singkat.
“oke sama-sama.”
Sejak saat itu Budi mulai sering
berkomunikasi dengan Lian.
Hari yang dinanti-nanti oleh budi akhirnya datang.
Bukan hari dimana Lian dan Budi mengikat janji untuk memiliki satu ikatan, tapi
PORKAB. Budi sangat berambisi dengan acara itu karena dia kesal selama
bertahun-tahun berlatih pencak silat tapi belum satu mendali atau
penghargaanpun yang pernah dia dapat. Saat itu Budi belum memiliki ketertarikan
terhadap Lian. Namun dasarnya Budi, meski belum tertarik tapi tetap kepo juga
dengan Lian karena beberapa kali mengiriminya sms.
Sampai suatu ketika setelah event PORKAB selesai,
Budi memberanikan diri untuk mengiriminya pesan.
“cek” isi pesan yang pertama Budi kirim. Sengaja
menulis hanya tulisan cek, tujuannya agar tidak terlalu ketahuan oleh Lian
kalau Budi memang ingin smsan dengannya.
“iya” jawabnya. Dan Yes akhirnya sesuai harapan, sms
Budi di respon oleh Lian. tanpa menunggu waktu lama, Budi melanjutkan usahanya
untuk mengenal lebih dekat dengan Lian.
“Ini bener Lian? “
“Iya betul, kenapa bud? Ada apa?”
“oh hehehe kaga Li, lu lagi apa?” Tanya Budi yang
sedang kepo. (Istilah untuk ingin tahu tentang suatu hal)
“Lagi nyemil nih bud. Kamu si lagi apa? Tumben sms
hehehe”
“Hmm lagi bosen baca-baca buku sambil nyemil hahaha”
“Loh baca buku ko sambil nyemil? Ga akan konsen
lah.”
Lah
emang apa salahnya dengan baca buku sambil nyemil? pikir Budi.
“Yehaha konsen mah konsen aja lah,
lagian nyemilnya makanan ini ko bukan beling hahaha. By the way, maaf nih mau
tanya. Kalo saya sms elu tuh ntar ada yang marah engga nih? tanya Budi dengan
taktik lawas yang cukup efektif.
Sekedar informasi bahwa cara ini adalah sebuah cara
yang umum digunakan para pria-pria kesepian (hahaha) untuk memastikan bahwa
lawan bicaranya adalah seorang yang jomblo. Digunakan oleh budi dengan tujuan
tambahan untuk melancarkan usahanya agar bisa mengenal lebih “dekat” dengan
Lian.
“Hahaha kamu mah bisa aja. Emang siapa yang marah?
Da aku mah ga ada yang marah hehehe”.
“Maksud saya, punya cowo engga? Sapa tau saya sms
elu, cowo lu malah ngamuk. Kan gawat hahaha.”
“Oh pacar, engga ko. Aku ga punya pacar, lg ga mau
deket sama cowo dulu. Lagi trauma.” Jawab Lian lewat sms yang saat itu
menunjukan pukul 21.00.
Sial,
sepertinya acara PDKT ini akan gagal, pikir Budi. Semenjak sms itu, sikap budi terhadap
Lian berubah karena telah gagal PDKT awal. Sial. Meskipun menyesal telah mengetahui
hal tersebut, Budi masih mengiriminya sms agar tidak terlihat sikapnya berbeda.
“Lah trauma? Ko bisa trauma? Bisa gitu
sih? Diapain sama cowo emang? Wah parah nih.”
“Iya, ya ada lah masalah.Ada deh. Pokoknya
lagi gam au deket-deket atau berurusan sama yang namanya punya hubungan dengan
cowo dulu deh.”
“oh, I see. Ok deh Li. Eh iya saya
istirahat dulu ya Li hehehe.” Jawab Budi menutup percakapan via sms di malam
itu.
“Iya Budi :)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar